Notifications
General

Program MBG di Bantul Punya Cita Mulia tapi Rentan Gagal di Lapangan

Program makan bergizi gratis di Bantul kembali jadi sorotan. Bukan karena manfaatnya bagi siswa, melainkan gara gara menu tercemar benda asing. Dari ulat dalam sayur hingga jangkrik di tahu, kasus ini memicu keresahan orang tua dan jadi perhatian banyak pihak.

Ringkasan Artikel:

  • DPRD Bantul desak SOP ketat agar makanan siswa tetap aman dan layak.
  • Penyedia akui ada celah meski SOP sudah dijalankan sesuai aturan resmi.
  • Dinas Pendidikan langsung panggil penyedia untuk evaluasi mendalam.
  • Orang tua resah dan mulai membekali anak dari rumah demi keamanan.
  • Kasus ini jadi alarm agar niat baik program gizi tidak gagal di eksekusi.

DPRD Bantul Ingatkan Pentingnya SOP di Dapur MBG

Sekretaris Komisi D DPRD Bantul Herry Fahamsyah menilai kasus di SMPN 2 Sewon tak bisa dianggap sepele. Ia menekankan bahwa makanan untuk siswa harus melewati standar ketat dari proses pencucian hingga penyajian di piring.

Menurut Herry, program makan bergizi gratis adalah langkah besar untuk mendukung pemenuhan gizi anak. Namun bila pengawasan longgar, anak bisa kehilangan selera bahkan trauma menyantap makanan sekolah. Ia meminta SPPG lebih teliti agar kasus serupa tidak berulang.

Ia mengingatkan bahwa mencegah jauh lebih baik dibanding menunggu keracunan. Apalagi program baru berjalan setengah tahun dan masih banyak hal yang harus dibenahi. DPRD menuntut agar evaluasi segera dilakukan dan tidak hanya jadi catatan seremonial.

Penyedia Akui Ada Celah dalam Proses Pengolahan Makanan

Asisten lapangan SPPG Miri, Hafiz Sabiq Syahuri, membenarkan adanya ulat, telur lalat, dan jangkrik yang ditemukan dalam paket makanan. Ia memastikan semua porsi bermasalah langsung ditarik dari sekolah sebelum sempat dikonsumsi siswa.

Hafiz menjelaskan bahwa prosedur standar sudah diterapkan mulai dari pencucian bahan baku hingga sertifikasi penjamah makanan. Namun ia mengakui kenyataan di lapangan tidak selalu sejalan dengan SOP. Ada celah kecil yang bisa lolos dari pengawasan.

SPPG Miri sendiri baru beroperasi sejak Mei 2025 dan melayani 19 sekolah dengan kapasitas hampir 4 ribu porsi per hari. Hafiz menilai volume besar itu menuntut kontrol ekstra detail agar tidak ada lagi insiden serupa.

Suara dari Sekolah dan Tanggapan Dinas Pendidikan

Kepala SMPN 2 Sewon, Susi Daryanti, memastikan temuan benda asing hanya terjadi pada satu paket dari ratusan porsi. Meski begitu, ia tidak menutup mata bahwa kasus ini mengganggu kepercayaan siswa dan orang tua terhadap program MBG.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bantul pun segera turun tangan. Kepala dinas Nugroho Eko Setyanto memanggil penyedia layanan untuk evaluasi. Ia menilai tiga kejadian beruntun adalah alarm keras bahwa ada SOP yang harus diperbaiki.

Nugroho menegaskan pemerintah tidak ingin niat baik program ini tercoreng hanya karena kelalaian teknis. Ia meminta seluruh pihak lebih disiplin menjaga standar kebersihan demi mengembalikan kepercayaan masyarakat.

Kekhawatiran Orang Tua Murid Menguat di Media Sosial

Video penemuan ulat, telur lalat, hingga jangkrik dalam makanan dengan cepat beredar di grup WhatsApp orang tua siswa. Rasa khawatir pun meluas, sebagian takut anak mereka menolak makanan sekolah setelah mendengar kabar ini.

Sejumlah orang tua bahkan mengaku lebih tenang membekali anak dari rumah. Mereka khawatir ada dampak kesehatan bila kejadian berulang. Meski insiden tidak sampai menimbulkan keracunan, isu ini cukup untuk mengguncang keyakinan mereka.

Reaksi di media sosial membuat pemerintah dan penyedia tidak bisa menunda perbaikan. Publik menuntut jawaban cepat agar masalah tidak sekadar ditutup dengan permintaan maaf. Transparansi jadi kunci menjaga kepercayaan orang tua.

Program Gizi Gratis Jangan Gagal di Meja Makan

Sejak awal diluncurkan, makan bergizi gratis dipuji sebagai langkah ambisius memperbaiki kesehatan siswa. Namun kasus di Bantul menunjukkan bahwa eksekusi di lapangan bisa menentukan apakah program berhasil atau justru dipertanyakan manfaatnya.

Bagi DPRD, penyedia, sekolah, hingga dinas pendidikan, satu kesalahan kecil di dapur bisa meruntuhkan kepercayaan besar. Anak anak yang semestinya terbantu justru bisa enggan menyentuh menu gratis bila insiden kebersihan terus terjadi.

Kasus jangkrik dalam tahu kini menjadi simbol rapuhnya sistem kontrol. Bila tidak segera dibenahi, suara jangkrik itu bisa terdengar lebih keras dibanding pujian untuk program makan bergizi gratis.

Post a Comment
Scroll to top